Fitur baru X meningkatkan kekhawatiran tentang rasisme dan penculikan kripto

Peluncuran fitur penampilan lokasi pengguna oleh X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) langsung memicu gelombang rasisme, pelecehan, dan doxxing (tindakan mempublikasikan informasi pribadi seseorang tanpa persetujuan mereka) di Crypto Twitter. Selain itu, pembaruan ini juga menimbulkan kekhawatiran serius terkait keamanan pribadi, ketika para ahli memperingatkan bahwa fitur ini dapat mempermudah tindak kriminal yang menargetkan pengguna kripto serta meningkatkan risiko penculikan.

Alat lokasi baru Twitter: Transparansi atau ancaman tersembunyi?

Fitur “About This Account – Tentang Akun Ini” yang baru saja diluncurkan X akan secara otomatis menampilkan negara atau wilayah yang terhubung dengan setiap akun pengguna. Ini dianggap sebagai salah satu langkah terbesar platform tersebut menuju transparansi identitas. Pengguna tidak dapat menonaktifkan fitur ini, yang berarti semua informasi lokasi akan selalu terlihat secara publik di profil.

Menurut perwakilan perusahaan, fitur ini bertujuan memerangi misinformasi, meminimalisasi aktivitas bot, dan memberikan konteks lebih pada percakapan di platform. Nikita Bier, Kepala Produk X, menyatakan:

“Ini adalah langkah penting pertama untuk melindungi integritas alun-alun global. Kami akan terus mengembangkan lebih banyak cara agar pengguna dapat memverifikasi konten di X.”

Pembaruan ini dirilis setelah berbulan-bulan diskusi internal tentang peningkatan akuntabilitas dan pengurangan anonimitas dalam interaksi di platform. Namun, dampak negatifnya muncul dengan sangat cepat dan jelas.

Rasisme melonjak pasca pembaruan

Segera setelah fitur ini diterapkan, banyak pengguna melaporkan bahwa mereka menjadi sasaran gelombang kebencian dan diskriminasi. Crypto Twitter dengan cepat dipenuhi gambar komentar xenofobik, postingan ejekan, dan perilaku pelecehan yang menargetkan pengguna dengan lokasi yang baru saja terungkap, menjadikan mereka target empuk.

Tidak sedikit akun melaporkan menjadi target hanya karena kewarganegaraan atau wilayah tempat tinggal, membuat diskusi biasa berubah menjadi ajang ujaran rasis dan stereotipe daerah. Perubahan ini memperlihatkan konflik budaya yang selama ini tersembunyi di komunitas kripto, di mana anonimitas sebelumnya menjadi perlindungan efektif dari serangan personal terkait identitas.

Kekhawatiran keamanan meningkat: Ancaman penculikan nyata

Tak hanya soal rasisme, fitur baru ini juga menimbulkan kekhawatiran mendalam terkait keamanan pribadi. Banyak tokoh ternama di dunia kripto memperingatkan bahwa keterbukaan lokasi, meski hanya sebatas wilayah, bisa menempatkan pengguna dalam bahaya nyata.

Risiko penculikan, pemerasan, atau kejahatan yang menargetkan tempat tinggal – yang memang sudah ada di wilayah di mana aset kripto membuat individu rentan – kini semakin meningkat. Bagi banyak orang di komunitas, anonimitas adalah lapisan perlindungan yang sangat penting. Ketika perlindungan ini melemah, pelaku kejahatan siber dapat lebih mudah mengidentifikasi dan membidik target dengan nilai lebih tinggi. Meski tujuan fitur ini adalah meningkatkan transparansi, banyak yang khawatir justru membuka peluang bagi pelaku kejahatan untuk mengidentifikasi dan melacak korban potensial berdasarkan lokasi geografis mereka.

Pak Guru