Pada suatu sore di tahun 2023, seorang pemain di Manila, Filipina membuka aplikasi banknya dan terkejut—akun banknya dibekukan dengan alasan "transaksi penukaran kripto yang terlalu sering dan tidak biasa." Padahal ia hanya bermain beberapa jam sehari di "Axie Infinity", menukar SLP yang didapat menjadi peso untuk membantu kebutuhan rumah tangga. Kenapa itu dianggap "tidak biasa"?
Bagi dia, ini adalah cara mencari nafkah; namun di mata regulator, ini mungkin dianggap sebagai "aktivitas pendapatan lintas negara yang tidak dilaporkan."
Sebuah guild game besar tak pernah terpikir akan berurusan dengan istilah seperti hukum ketenagakerjaan, kontrol valuta asing, atau penetapan sekuritas. Namun kenyataannya: ketika mereka menyewakan aset NFT ke pemain di 100 negara dan mengambil bagian dari pendapatan game—sebenarnya mereka telah membangun jaringan kerja global yang terdesentralisasi. Masalahnya, aturan dunia ini masih didominasi oleh sistem hukum yang terpusat.
Sebenarnya ini sewa-menyewa atau hubungan kerja? Inilah inti konfliknya.
Jika hanya "sewa-menyewa", berarti hanya sekadar pemindahan hak penggunaan NFT, tak ada masalah besar. Tapi jika pemain diminta menyelesaikan tugas tertentu, mematuhi jam online, dan menerima evaluasi pendapatan—regulator kemungkinan besar akan menganggapnya sebagai hubungan kerja secara de facto.
Sikap terhadap pendapatan P2E sangat berbeda di tiap negara. Beberapa negara Uni Eropa sudah mengklasifikasikan sebagai "pendapatan wiraswasta" yang wajib dilaporkan pajak; bank sentral Indonesia langsung mengeluarkan peringatan: menghasilkan valuta asing lewat game bisa melanggar undang-undang kontrol devisa; sedangkan di Amerika Serikat, SEC pernah menyiratkan—jika token DAO digunakan untuk membagikan "pendapatan yang bergantung pada kerja orang lain", itu bisa dikategorikan sebagai penerbitan sekuritas.
Menghadapi masalah-masalah ini, strategi guild game sangat realistis: desentralisasi tanggung jawab, kepatuhan hukum secara lokal.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Pada suatu sore di tahun 2023, seorang pemain di Manila, Filipina membuka aplikasi banknya dan terkejut—akun banknya dibekukan dengan alasan "transaksi penukaran kripto yang terlalu sering dan tidak biasa." Padahal ia hanya bermain beberapa jam sehari di "Axie Infinity", menukar SLP yang didapat menjadi peso untuk membantu kebutuhan rumah tangga. Kenapa itu dianggap "tidak biasa"?
Bagi dia, ini adalah cara mencari nafkah; namun di mata regulator, ini mungkin dianggap sebagai "aktivitas pendapatan lintas negara yang tidak dilaporkan."
Sebuah guild game besar tak pernah terpikir akan berurusan dengan istilah seperti hukum ketenagakerjaan, kontrol valuta asing, atau penetapan sekuritas. Namun kenyataannya: ketika mereka menyewakan aset NFT ke pemain di 100 negara dan mengambil bagian dari pendapatan game—sebenarnya mereka telah membangun jaringan kerja global yang terdesentralisasi. Masalahnya, aturan dunia ini masih didominasi oleh sistem hukum yang terpusat.
Sebenarnya ini sewa-menyewa atau hubungan kerja? Inilah inti konfliknya.
Jika hanya "sewa-menyewa", berarti hanya sekadar pemindahan hak penggunaan NFT, tak ada masalah besar. Tapi jika pemain diminta menyelesaikan tugas tertentu, mematuhi jam online, dan menerima evaluasi pendapatan—regulator kemungkinan besar akan menganggapnya sebagai hubungan kerja secara de facto.
Sikap terhadap pendapatan P2E sangat berbeda di tiap negara. Beberapa negara Uni Eropa sudah mengklasifikasikan sebagai "pendapatan wiraswasta" yang wajib dilaporkan pajak; bank sentral Indonesia langsung mengeluarkan peringatan: menghasilkan valuta asing lewat game bisa melanggar undang-undang kontrol devisa; sedangkan di Amerika Serikat, SEC pernah menyiratkan—jika token DAO digunakan untuk membagikan "pendapatan yang bergantung pada kerja orang lain", itu bisa dikategorikan sebagai penerbitan sekuritas.
Menghadapi masalah-masalah ini, strategi guild game sangat realistis: desentralisasi tanggung jawab, kepatuhan hukum secara lokal.