Baru-baru ini, pendiri Telegram, Durov, mengumumkan berita mengejutkan di platform sosial X, yang memicu perhatian luas. Menurut Durov, badan intelijen Prancis pernah mencoba meminta tim Telegram untuk menghapus beberapa akun dan saluran Moldova yang tidak sejalan dengan posisi pemerintah Prancis, melalui ancaman dan bujukan.
Kejadian ini dapat ditelusuri kembali ke bulan Agustus 2023, ketika Durov ditahan secara singkat di Paris karena masalah yang disebut 'dokumen perjalanan'. Namun, sekarang tampaknya penahanan ini mungkin terkait dengan faktor politik yang lebih kompleks.
Durov menyatakan bahwa selama ia ditahan, agen intelijen Prancis menghubunginya melalui perantara, meminta bantuannya untuk menghapus saluran Telegram tertentu sebelum pemilihan presiden Moldova. Sebagai imbalannya, mereka berjanji untuk mempengaruhi masalah hukum yang dihadapi Durov di Prancis.
Kebocoran ini menyebabkan kegemparan di media sosial, dengan postingan terkait telah mendapatkan 26.000 kali dibagikan dan 34 juta kali dilihat. Banyak netizen yang merasa terkejut dan tidak puas dengan tindakan pemerintah Prancis yang mencoba mengintervensi pemilihan di negara lain.
Pengungkapan Durov tidak hanya mengekspos kemungkinan perilaku tidak pantas oleh lembaga intelijen tertentu, tetapi juga memicu diskusi tentang peran platform digital dalam menjaga privasi pengguna dan menahan tekanan politik. Peristiwa ini mungkin akan berdampak jauh pada strategi operasional platform sosial seperti Telegram.
Seiring dengan perkembangan situasi, publik secara umum berharap Durov dapat memberikan lebih banyak rincian. Peristiwa ini tentu akan memicu pemikiran mendalam tentang kebebasan internet, keamanan nasional, dan tanggung jawab perusahaan multinasional.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Baru-baru ini, pendiri Telegram, Durov, mengumumkan berita mengejutkan di platform sosial X, yang memicu perhatian luas. Menurut Durov, badan intelijen Prancis pernah mencoba meminta tim Telegram untuk menghapus beberapa akun dan saluran Moldova yang tidak sejalan dengan posisi pemerintah Prancis, melalui ancaman dan bujukan.
Kejadian ini dapat ditelusuri kembali ke bulan Agustus 2023, ketika Durov ditahan secara singkat di Paris karena masalah yang disebut 'dokumen perjalanan'. Namun, sekarang tampaknya penahanan ini mungkin terkait dengan faktor politik yang lebih kompleks.
Durov menyatakan bahwa selama ia ditahan, agen intelijen Prancis menghubunginya melalui perantara, meminta bantuannya untuk menghapus saluran Telegram tertentu sebelum pemilihan presiden Moldova. Sebagai imbalannya, mereka berjanji untuk mempengaruhi masalah hukum yang dihadapi Durov di Prancis.
Kebocoran ini menyebabkan kegemparan di media sosial, dengan postingan terkait telah mendapatkan 26.000 kali dibagikan dan 34 juta kali dilihat. Banyak netizen yang merasa terkejut dan tidak puas dengan tindakan pemerintah Prancis yang mencoba mengintervensi pemilihan di negara lain.
Pengungkapan Durov tidak hanya mengekspos kemungkinan perilaku tidak pantas oleh lembaga intelijen tertentu, tetapi juga memicu diskusi tentang peran platform digital dalam menjaga privasi pengguna dan menahan tekanan politik. Peristiwa ini mungkin akan berdampak jauh pada strategi operasional platform sosial seperti Telegram.
Seiring dengan perkembangan situasi, publik secara umum berharap Durov dapat memberikan lebih banyak rincian. Peristiwa ini tentu akan memicu pemikiran mendalam tentang kebebasan internet, keamanan nasional, dan tanggung jawab perusahaan multinasional.