Kucing dalam Islam – Pengalaman Saya dengan Sahabat Nabi

Saat saya kecil, nenek sering cerita soal Abu Hurairah, sahabat Nabi Muhammad yang julukan aslinya artinya "Bapak Kucing Kecil". Dulu nggak ngerti kenapa, tapi setelah punya kucing sendiri, saya paham banget kenapa beliau bisa begitu sayang sama makhluk berbulu ini.

Pernah dengar cerita sedih tentang seorang wanita yang dihukum di akhirat karena membiarkan kucing kelaparan sampai mati? Atau justru kisah inspiratif tentang seorang PSK yang diampuni dosa-dosanya karena memberi minum kucing kehausan? Itu cuma sebagian kecil dari ajaran Islam tentang betapa pentingnya memperlakukan kucing dengan kasih sayang.

Saya sering merasa kesal dengan beberapa teman yang mengklaim diri saleh tapi tega mengusir atau bahkan menyakiti kucing liar. Padahal jelas-jelas Abu Hurairah, orang yang paling banyak meriwayatkan hadis, adalah pencinta kucing sejati! Beliau sering dilihat dengan kucing di pangkuannya.

Menurut saya, begitu ironis bahwa di negara-negara Muslim seperti Turki, kucing sangat dihormati dan sering dipelihara di masjid, tapi di tempat lain banyak yang tak peduli. Tradisi para darwis (sufi) Turki yang menjadikan kucing sebagai teman spiritual mereka harusnya jadi contoh buat kita semua.

Al-Quran menyatakan bahwa Allah telah memuliakan anak-anak Adam. Menurut pemahaman saya, kemuliaan ini termasuk kewajiban kita untuk mengasihi dan menghormati semua makhluk hidup, terutama kucing yang sudah lama jadi bagian dari sejarah Islam.

Jujur aja, kalau lihat perlakuan buruk terhadap kucing, saya nggak bisa menahan emosi. Mencintai kucing bukan cuma soal menjalankan kewajiban agama, tapi juga merefleksikan nilai-nilai kasih sayang dan belas kasih yang jadi inti ajaran kita.