Pada hari Kamis ini, The Federal Reserve (FED) mengumumkan keputusan penurunan suku bunga pertamanya sejak Desember tahun lalu, dengan menyesuaikan kisaran target suku bunga dana federal menjadi 4%–4,25%, dengan penurunan sebesar 25 poin dasar. Keputusan ini menandakan bahwa The Federal Reserve (FED) telah memulai kembali siklus penurunan suku bunga yang sebelumnya dihentikan.

Perlu dicatat bahwa anggota dewan baru The Federal Reserve (FED) Milan memiliki pendapat yang berbeda dalam pertemuan kali ini, ia mendorong strategi penurunan suku bunga yang lebih agresif, mendukung penurunan suku bunga sebesar 50 poin dasar. Suara penolakan ini menyoroti perbedaan pendapat di dalam The Federal Reserve (FED) mengenai arah kebijakan moneter.

Para pejabat The Federal Reserve (FED) memiliki ekspektasi yang jelas terfragmentasi mengenai arah suku bunga di masa depan. Menurut grafik titik yang baru saja dirilis, dari 19 pejabat yang berpartisipasi dalam prediksi, hampir setengahnya (9 orang) memperkirakan akan ada dua kali pemotongan suku bunga lagi pada tahun 2025. Namun, pandangan pejabat lainnya bervariasi: 2 orang percaya perlu ada satu pemotongan suku bunga lagi, sementara 6 orang berpendapat tidak seharusnya ada pemotongan suku bunga lebih lanjut.

Lebih menarik perhatian adalah seorang pejabat yang bersikeras bahwa tahun ini sama sekali tidak perlu menurunkan suku bunga, sementara pejabat lainnya memiliki pandangan yang berlawanan, mendorong untuk secara signifikan menurunkan suku bunga ke level 2,75%–3%. Diversifikasi pandangan internal ini mencerminkan kompleksitas situasi ekonomi saat ini, serta tantangan yang dihadapi pengambil keputusan dalam menyeimbangkan pengendalian inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Keputusan pemotongan suku bunga ini dan diskusi yang ditimbulkannya, tanpa diragukan lagi, akan memiliki dampak yang mendalam pada pasar keuangan dan prospek ekonomi secara keseluruhan. Investor dan analis akan memperhatikan secara seksama sinyal kebijakan masa depan dari The Federal Reserve (FED), serta bagaimana perbedaan internal ini mempengaruhi arah kebijakan moneter selanjutnya.