Menurut perhitungan lembaga think tank Universitas Yale "Laboratorium Anggaran", tarif pajak efektif setelah mempertimbangkan semua tarif ini mencapai 22,5%, mencetak rekor tertinggi dalam hampir seratus tahun.
Penulis: Felix Jauvin
Diterjemahkan oleh: BitpushNews
Saat saya menulis artikel ini, saya masih dalam keadaan terkejut.
Kebijakan tarif yang diumumkan oleh Presiden AS Trump kemarin jauh melampaui prediksi paling agresif di pasar. Dia menandatangani perintah untuk mengenakan pajak impor sebesar 10% secara seragam, dan menerapkan tarif tambahan terhadap sekitar 60 negara, dengan menghitung berdasarkan "total" dari apa yang disebut "tindakan perdagangan tidak adil", dengan tarif pajak setengah dari proporsi tersebut.
Jumlah "total" ini tampaknya merupakan hasil perhitungan asal-asalan dari pemerintahan Trump.
Menurut perhitungan "Laboratorium Anggaran" (Budget Lab) dari lembaga think tank Universitas Yale, tarif pajak efektif setelah mempertimbangkan semua tarif ini mencapai 22,5%, mencatatkan rekor tertinggi dalam hampir seratus tahun. Beberapa lembaga lain bahkan memperkirakan bisa mencapai 26,5% hingga 30%.
Bagaimana tim Trump menghitung angka-angka ini?
Formula mereka sederhana dan kasar: membagi defisit perdagangan dengan nilai ekspor untuk mendapatkan suatu rasio, kemudian mengenakan "tarif timbal balik" yang setara dengan setengah dari rasio tersebut kepada negara asing, agar terlihat "lebih toleran". Masalahnya adalah, ini sama sekali bukan model ekonomi yang ketat, melainkan lebih mirip dengan pernyataan politik yang diimprovisasi.
Sekarang mari kita identifikasi dampak ekonomi dari pernyataan-pernyataan ini, dengan asumsi bahwa mereka benar (dari apa yang kita lihat saat ini, siapa yang tahu apakah mereka akan benar).
Guncangan Ekonomi Mulai Terlihat: Penurunan GDP, Kenaikan Harga
Budget Lab melakukan evaluasi sistematis terhadap dampak tarif:
Dalam jangka pendek, diperkirakan PDB riil AS akan berkurang sebesar 0,9% hingga 1,0% pada tahun 2025;
Dalam jangka panjang, ekonomi Amerika Serikat mungkin menyusut permanen sebesar 0,3% hingga 0,6%, yang berarti kerugian mencapai hingga 180 miliar dolar AS setiap tahun (dalam jumlah dolar tahun 2024);
GDP global juga akan terpengaruh, tetapi perlu dicatat bahwa GDP China hampir tidak terpengaruh dalam model.
Dalam hal harga barang, tekanan inflasi meningkat tajam: harga keseluruhan naik 2,1% menjadi 2,6%, kerugian tahunan per rumah tangga Amerika mencapai 3.400 hingga 4.200 dolar AS, harga makanan naik 3,7%, hampir dua kali lipat dari tingkat inflasi terbaru.
Sejumlah ekonom menyamakan rangkaian konsekuensi ini dengan "Guncangan Minyak 2.0" — bedanya, kali ini bukan energi, melainkan guncangan yang disebabkan oleh tarif dan ketidakpastian kebijakan.
Peringatan Penurunan Diberlakukan
Neil Dutta dari Renaissance Macro telah meningkatkan probabilitas resesi Amerika Serikat menjadi 89%. Dia dikenal selalu tenang, dan pernah membantah prediksi utama bahwa "resesi pasti akan terjadi" antara 2022 hingga 2024, namun kini ia juga telah mengeluarkan peringatan serius.
Begitu tarif ini benar-benar diterapkan secara menyeluruh, pertumbuhan ekonomi akan terpengaruh secara substansial, dan risiko yang lebih besar adalah ketertiban perdagangan global akan terjebak dalam gejolak. Ini bukan hanya sebuah diskusi kebijakan, tetapi juga sebuah krisis kepercayaan.
Guncangan Pasar Modal: Jendela IPO Sedang Menutup
Ancaman perang dagang telah mulai berdampak pada pasar modal ventura dan IPO. Setelah pemilihan, pasar berharap pemerintah baru akan membawa peluang baru bagi pasar IPO AS, namun kini sentimen optimis tersebut sedang tergerus oleh kenyataan.
Rencana IPO dan akuisisi yang besar mulai dari akhir tahun 2024 diluncurkan di bawah harapan pengurangan pajak dan pelonggaran regulasi. Namun, dalam konteks makro saat ini, lembaga modal ventura dan bank investasi sedang memperlambat ritme, mengevaluasi kembali jalur keluar. Bagaimanapun, tanpa lingkungan pasar modal yang baik, visi "keluar" perusahaan rintisan sulit untuk dicapai.
Ketidakpastian tarif, perlambatan ekonomi, dan ketidakpastian arah suku bunga sedang membuat seluruh rantai investasi memasuki periode menunggu.
Apakah Pasar Kripto Masuk ke Dalam Momen Kekacauan? IPO Circle Melawan Arus
Meskipun penuh ketidakpastian, penerbit stablecoin Circle tetap melanjutkan rencana IPO minggu ini. Sebagian besar pendapatan perusahaan ini berasal dari bunga yang diperoleh dari kepemilikan obligasi pemerintah AS, produk utama mereka USDC termasuk dalam "barang non-fisik", dalam beberapa hal bisa dibilang "kebal" terhadap kebijakan tarif Trump.
Namun, saham konsep kripto bukanlah zona aman di luar badai. Kita sedang berada di era "penghindaran risiko", di mana ketidakpastian makro akan menekan valuasi semua aset volatil tinggi, termasuk aset digital utama seperti Bitcoin.
Jika dalam beberapa tahun terakhir pasar masih bertaruh "Trump tidak akan benar-benar bertindak", maka kali ini, dia tidak hanya bertindak, tetapi juga bertindak dengan sangat keras.
Semua ini bergantung pada apakah tarif tersebut benar-benar akan diterapkan pada akhirnya. Saya sendiri, serta banyak pelaku pasar, sebenarnya masih berada di tahap "penyangkalan", berharap bahwa akal sehat pada akhirnya dapat mengatasi. Namun, jika harapan ini tidak terwujud, kita mungkin akan menghadapi guncangan sistemik yang lebih mendalam.
Tarik napas dalam-dalam, kenakan sabuk pengaman—ketidakpastian dan volatilitas yang sebenarnya baru saja dimulai.
Konten ini hanya untuk referensi, bukan ajakan atau tawaran. Tidak ada nasihat investasi, pajak, atau hukum yang diberikan. Lihat Penafian untuk pengungkapan risiko lebih lanjut.
1 Suka
Hadiah
1
1
Bagikan
Komentar
0/400
Ybaser
· 20jam yang lalu
Terima kasih banyak atas informasi Anda. Salam hormat
Trump memicu badai tarif, berani mengambil "falling knife" yang turun?
Penulis: Felix Jauvin
Diterjemahkan oleh: BitpushNews
Saat saya menulis artikel ini, saya masih dalam keadaan terkejut.
Kebijakan tarif yang diumumkan oleh Presiden AS Trump kemarin jauh melampaui prediksi paling agresif di pasar. Dia menandatangani perintah untuk mengenakan pajak impor sebesar 10% secara seragam, dan menerapkan tarif tambahan terhadap sekitar 60 negara, dengan menghitung berdasarkan "total" dari apa yang disebut "tindakan perdagangan tidak adil", dengan tarif pajak setengah dari proporsi tersebut.
Jumlah "total" ini tampaknya merupakan hasil perhitungan asal-asalan dari pemerintahan Trump.
Menurut perhitungan "Laboratorium Anggaran" (Budget Lab) dari lembaga think tank Universitas Yale, tarif pajak efektif setelah mempertimbangkan semua tarif ini mencapai 22,5%, mencatatkan rekor tertinggi dalam hampir seratus tahun. Beberapa lembaga lain bahkan memperkirakan bisa mencapai 26,5% hingga 30%.
Bagaimana tim Trump menghitung angka-angka ini?
Formula mereka sederhana dan kasar: membagi defisit perdagangan dengan nilai ekspor untuk mendapatkan suatu rasio, kemudian mengenakan "tarif timbal balik" yang setara dengan setengah dari rasio tersebut kepada negara asing, agar terlihat "lebih toleran". Masalahnya adalah, ini sama sekali bukan model ekonomi yang ketat, melainkan lebih mirip dengan pernyataan politik yang diimprovisasi.
Sekarang mari kita identifikasi dampak ekonomi dari pernyataan-pernyataan ini, dengan asumsi bahwa mereka benar (dari apa yang kita lihat saat ini, siapa yang tahu apakah mereka akan benar).
Guncangan Ekonomi Mulai Terlihat: Penurunan GDP, Kenaikan Harga
Budget Lab melakukan evaluasi sistematis terhadap dampak tarif:
Dalam jangka pendek, diperkirakan PDB riil AS akan berkurang sebesar 0,9% hingga 1,0% pada tahun 2025;
Dalam jangka panjang, ekonomi Amerika Serikat mungkin menyusut permanen sebesar 0,3% hingga 0,6%, yang berarti kerugian mencapai hingga 180 miliar dolar AS setiap tahun (dalam jumlah dolar tahun 2024);
GDP global juga akan terpengaruh, tetapi perlu dicatat bahwa GDP China hampir tidak terpengaruh dalam model.
Dalam hal harga barang, tekanan inflasi meningkat tajam: harga keseluruhan naik 2,1% menjadi 2,6%, kerugian tahunan per rumah tangga Amerika mencapai 3.400 hingga 4.200 dolar AS, harga makanan naik 3,7%, hampir dua kali lipat dari tingkat inflasi terbaru.
Sejumlah ekonom menyamakan rangkaian konsekuensi ini dengan "Guncangan Minyak 2.0" — bedanya, kali ini bukan energi, melainkan guncangan yang disebabkan oleh tarif dan ketidakpastian kebijakan.
Peringatan Penurunan Diberlakukan
Neil Dutta dari Renaissance Macro telah meningkatkan probabilitas resesi Amerika Serikat menjadi 89%. Dia dikenal selalu tenang, dan pernah membantah prediksi utama bahwa "resesi pasti akan terjadi" antara 2022 hingga 2024, namun kini ia juga telah mengeluarkan peringatan serius.
Begitu tarif ini benar-benar diterapkan secara menyeluruh, pertumbuhan ekonomi akan terpengaruh secara substansial, dan risiko yang lebih besar adalah ketertiban perdagangan global akan terjebak dalam gejolak. Ini bukan hanya sebuah diskusi kebijakan, tetapi juga sebuah krisis kepercayaan.
Guncangan Pasar Modal: Jendela IPO Sedang Menutup
Ancaman perang dagang telah mulai berdampak pada pasar modal ventura dan IPO. Setelah pemilihan, pasar berharap pemerintah baru akan membawa peluang baru bagi pasar IPO AS, namun kini sentimen optimis tersebut sedang tergerus oleh kenyataan.
Rencana IPO dan akuisisi yang besar mulai dari akhir tahun 2024 diluncurkan di bawah harapan pengurangan pajak dan pelonggaran regulasi. Namun, dalam konteks makro saat ini, lembaga modal ventura dan bank investasi sedang memperlambat ritme, mengevaluasi kembali jalur keluar. Bagaimanapun, tanpa lingkungan pasar modal yang baik, visi "keluar" perusahaan rintisan sulit untuk dicapai.
Ketidakpastian tarif, perlambatan ekonomi, dan ketidakpastian arah suku bunga sedang membuat seluruh rantai investasi memasuki periode menunggu.
Apakah Pasar Kripto Masuk ke Dalam Momen Kekacauan? IPO Circle Melawan Arus
Meskipun penuh ketidakpastian, penerbit stablecoin Circle tetap melanjutkan rencana IPO minggu ini. Sebagian besar pendapatan perusahaan ini berasal dari bunga yang diperoleh dari kepemilikan obligasi pemerintah AS, produk utama mereka USDC termasuk dalam "barang non-fisik", dalam beberapa hal bisa dibilang "kebal" terhadap kebijakan tarif Trump.
Namun, saham konsep kripto bukanlah zona aman di luar badai. Kita sedang berada di era "penghindaran risiko", di mana ketidakpastian makro akan menekan valuasi semua aset volatil tinggi, termasuk aset digital utama seperti Bitcoin.
Jika dalam beberapa tahun terakhir pasar masih bertaruh "Trump tidak akan benar-benar bertindak", maka kali ini, dia tidak hanya bertindak, tetapi juga bertindak dengan sangat keras.
Semua ini bergantung pada apakah tarif tersebut benar-benar akan diterapkan pada akhirnya. Saya sendiri, serta banyak pelaku pasar, sebenarnya masih berada di tahap "penyangkalan", berharap bahwa akal sehat pada akhirnya dapat mengatasi. Namun, jika harapan ini tidak terwujud, kita mungkin akan menghadapi guncangan sistemik yang lebih mendalam.
Tarik napas dalam-dalam, kenakan sabuk pengaman—ketidakpastian dan volatilitas yang sebenarnya baru saja dimulai.